Menalar Kesaktian Pancasila
https://www.jakartaforum.web.id/2017/06/menalar-kesaktian-pancasila.html
Jakarta -Menalar Kesaktian Pancasila. Tepat rasanya di moment hari lahirnya Pancasila, 1 Juni ini, kita mengulas dan memahami Pancasila sebagai ideologi yang mempersatukan keberagaman Bangsa Indonesia. Seperti halnya Danyon Kavaleri 7, Letkol Kav. Aristoteles Hengkengnusa Lawitang, yang dari sudut pandangnya, menguraikan Kesaktian Pancasila dari sudut pemahaman yang luas.
Berikut uraiannya: Saat ini Pancasila sebagai dasar negara dan Ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia ramai dibicarakan. Bagi sebagian besar pihak, Pancasila masih diyakini sebagai satu-satunya unsur pengikat rasa kesatuan bangsa. Namun disisi lain dan tidak bisa dipungkiri, beberapa pihak menganggap Pancasila layak dan perlu dikembalikan kepada Pancasila yang sesuai dengan Piagam Jakarta. Sebab bagi mereka (segelintir orang), hal itu merupakan solusi mengurai berbagai permasalahan bangsa.
Berikut uraiannya: Saat ini Pancasila sebagai dasar negara dan Ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia ramai dibicarakan. Bagi sebagian besar pihak, Pancasila masih diyakini sebagai satu-satunya unsur pengikat rasa kesatuan bangsa. Namun disisi lain dan tidak bisa dipungkiri, beberapa pihak menganggap Pancasila layak dan perlu dikembalikan kepada Pancasila yang sesuai dengan Piagam Jakarta. Sebab bagi mereka (segelintir orang), hal itu merupakan solusi mengurai berbagai permasalahan bangsa.
Apabila melihat usia kemerdekaan, yang telah mencapai 72 tahun, pemahaman Pancasila di masyarakat tentunya dapat dinilai masih melalui proses dinamika yang tidak henti-hentinya hingga saat ini.
Tentu kita tidak akan lupa dengan cerita pemberontakan PKI dan DI/TII. Kemudian pergerakan Kapitalisme dan liberalisme serta sedikit nuansa fanatisme nasionalisme sempit yang merembes dalam Demokrasi Pancasila yang saat ini digunakan di Indonesia saat ini. Sedikit banyak keadaan tesebut diatas menurut penulis disebabkan sifat terbukanya Pancasila sebagai suatu ideologi yang merangkum paham negara agama, Internasionalme, nasionalisme, demokrasi dan sosialisme. Berdasarkan peranggapan Pancasila sebagai ideologi terbuka, maka praktis 5 elemen ideologi yang ada, akan menjadi dalil bagi kelompok tertentu untuk memperjuangkan salah satu elemen dalam Pancasila tersebut. Contoh bagaimana terbukanya sila ke-1 adalah keberadaan DI/TII, selain merupakan dampak pertarungan politik dan kompleksnya kondisi negara saat itu, setidaknya paham negara agama mendapatkan dukungan dari banyak masyarakat Indonesia. Bahkan dukungan tersebut tetap eksis sampai saat ini. Setidaknya Sila ke-1 Pancasila turut membuka jalan bagi terbentuknya ide negara agama tersebut.
Sila ke-2 setidaknya membuka Pancasila terhadap nilai-nilai universal internasional seperti HAM, penanganan iklim global, kelestarian alam, imigrasi, pengaturan senjata pemusnah massal dan issu-issu lainnya.
Sila ke-3 menguatkan identitas ke-nasionalan yang terkadang memunculkan rasa kebangsaan yang sempit. Persoalan pribumi, pendatang , eksklusivitas suku dan persoalan siapa yang paling berjasa untuk negara menjadi hal yang sering dijumpai dari pengamalan sila ke-3 yang kurang dewasa.
Sila ke-4 memberi ruang bagi Demokrasi (people power), yang apabila terlalu bebas akan memunculkan manipulasi “atas nama rakyat” untuk kepentingan tertentu.
Sila ke-5 dapat contohkan dengan keberadaan PKI yang memperjuangkan bentuk negara Komunis. Pada waktu itu, PKI bisa memiliki legalitas hukum negara dan dukungan masyarakat karena sila ke-5 Pancasila membicarakan keadilan sosial yang merupakan tujuan akhir dari Komunisme.
Sementara latar belakang terbukanya Ideologi Pancasila menurut penulis adalah sifat dasar Toleransi dan Gotong-royong bangsa Indonesia. Dengan kedua sifat dasar inilah dibentuk dasar negara. Jejak nilai Toleransi ideologi Pancasila dapat dilihat dari ke-5 elemen dalam Pancasila yang menyerap seluruh ideologi negara di dunia. Elemen Teokrasi, Internasionalisme, Nasionalisme, Demokrasi dan Sosialisme adalah bentuk-bentuk dasar negara yang eksis saat Pancasila dirumuskan dan bahkan diprediksi akan tetap ada seiiring eksistensi kebudayaan manusia.
Dengan melihat sifat kebhinekaan Bangsa Indonesia, maka dapat dipastikan lima elemen Pancasila sudah tertanam dalam kebudayaan suku-suku bangsa di Nusantara yang muncul keluar dalam ciri khas kebudayaannya.
Jejak nilai Gotong-royong dalam Ideologi Pancasila terlihat melalui integrasi 5 elemen dalam ikatan Pancasila. Tidak ada satu elemen yang lebih penting dari elemen lainnya. Namun dalam menjawab tantangan global, kemampuan negara dalam mengedepankan dan mengolah salah satu atau beberapa elemen tanpa meninggalkan elemen yang lain adalah kunci untuk mempertahankan eksistensi bangsa dan negara Indonesia. Seperti halnya saat ini, dimana Demokrasi, sebagai elemen menonjol. Apabila pada kondisi SDM dan kemampuan ekonomi negara sudah siap, maka kelima elemen diharapkan dapat maju bersama. Dalam kondisi ideal, apabila hal tersebut dapat tercapai, maka Indonesia akan mencapai puncak kebudayaan nya.
Dari tulisan tersebut penalaran penulis mengenai Pancasila sebagai suatu ideologi murni yang lahir dari nilai Toleransi dan Gotong-royong. Kekayaan elemen dalam Pancasila selain merupakan pintu masuk persoalan juga merupakan jawaban terbaik dalam menyikapi persoalan bangsa, negara bahkan dunia. Akhirnya inilah yang penulis coba mengurai sebagai gambaran Kesaktian Pancasila.
Tentu kita tidak akan lupa dengan cerita pemberontakan PKI dan DI/TII. Kemudian pergerakan Kapitalisme dan liberalisme serta sedikit nuansa fanatisme nasionalisme sempit yang merembes dalam Demokrasi Pancasila yang saat ini digunakan di Indonesia saat ini. Sedikit banyak keadaan tesebut diatas menurut penulis disebabkan sifat terbukanya Pancasila sebagai suatu ideologi yang merangkum paham negara agama, Internasionalme, nasionalisme, demokrasi dan sosialisme. Berdasarkan peranggapan Pancasila sebagai ideologi terbuka, maka praktis 5 elemen ideologi yang ada, akan menjadi dalil bagi kelompok tertentu untuk memperjuangkan salah satu elemen dalam Pancasila tersebut. Contoh bagaimana terbukanya sila ke-1 adalah keberadaan DI/TII, selain merupakan dampak pertarungan politik dan kompleksnya kondisi negara saat itu, setidaknya paham negara agama mendapatkan dukungan dari banyak masyarakat Indonesia. Bahkan dukungan tersebut tetap eksis sampai saat ini. Setidaknya Sila ke-1 Pancasila turut membuka jalan bagi terbentuknya ide negara agama tersebut.
Sila ke-2 setidaknya membuka Pancasila terhadap nilai-nilai universal internasional seperti HAM, penanganan iklim global, kelestarian alam, imigrasi, pengaturan senjata pemusnah massal dan issu-issu lainnya.
Sila ke-3 menguatkan identitas ke-nasionalan yang terkadang memunculkan rasa kebangsaan yang sempit. Persoalan pribumi, pendatang , eksklusivitas suku dan persoalan siapa yang paling berjasa untuk negara menjadi hal yang sering dijumpai dari pengamalan sila ke-3 yang kurang dewasa.
Sila ke-4 memberi ruang bagi Demokrasi (people power), yang apabila terlalu bebas akan memunculkan manipulasi “atas nama rakyat” untuk kepentingan tertentu.
Sila ke-5 dapat contohkan dengan keberadaan PKI yang memperjuangkan bentuk negara Komunis. Pada waktu itu, PKI bisa memiliki legalitas hukum negara dan dukungan masyarakat karena sila ke-5 Pancasila membicarakan keadilan sosial yang merupakan tujuan akhir dari Komunisme.
Sementara latar belakang terbukanya Ideologi Pancasila menurut penulis adalah sifat dasar Toleransi dan Gotong-royong bangsa Indonesia. Dengan kedua sifat dasar inilah dibentuk dasar negara. Jejak nilai Toleransi ideologi Pancasila dapat dilihat dari ke-5 elemen dalam Pancasila yang menyerap seluruh ideologi negara di dunia. Elemen Teokrasi, Internasionalisme, Nasionalisme, Demokrasi dan Sosialisme adalah bentuk-bentuk dasar negara yang eksis saat Pancasila dirumuskan dan bahkan diprediksi akan tetap ada seiiring eksistensi kebudayaan manusia.
Dengan melihat sifat kebhinekaan Bangsa Indonesia, maka dapat dipastikan lima elemen Pancasila sudah tertanam dalam kebudayaan suku-suku bangsa di Nusantara yang muncul keluar dalam ciri khas kebudayaannya.
Jejak nilai Gotong-royong dalam Ideologi Pancasila terlihat melalui integrasi 5 elemen dalam ikatan Pancasila. Tidak ada satu elemen yang lebih penting dari elemen lainnya. Namun dalam menjawab tantangan global, kemampuan negara dalam mengedepankan dan mengolah salah satu atau beberapa elemen tanpa meninggalkan elemen yang lain adalah kunci untuk mempertahankan eksistensi bangsa dan negara Indonesia. Seperti halnya saat ini, dimana Demokrasi, sebagai elemen menonjol. Apabila pada kondisi SDM dan kemampuan ekonomi negara sudah siap, maka kelima elemen diharapkan dapat maju bersama. Dalam kondisi ideal, apabila hal tersebut dapat tercapai, maka Indonesia akan mencapai puncak kebudayaan nya.
Dari tulisan tersebut penalaran penulis mengenai Pancasila sebagai suatu ideologi murni yang lahir dari nilai Toleransi dan Gotong-royong. Kekayaan elemen dalam Pancasila selain merupakan pintu masuk persoalan juga merupakan jawaban terbaik dalam menyikapi persoalan bangsa, negara bahkan dunia. Akhirnya inilah yang penulis coba mengurai sebagai gambaran Kesaktian Pancasila.