KEMENTAN LUNCURKAN PROGRAM EPIDEMIOLOGI LAPANGAN UNTUK VETERINER INDONESIA
https://www.jakartaforum.web.id/2017/06/kementan-luncurkan-program-epidemiologi.html
Jakarta -KEMENTAN LUNCURKAN PROGRAM EPIDEMIOLOGI LAPANGAN UNTUK VETERINER INDONESIA Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian dan FAO ECTAD Indonesia, siap mengendalikan ancaman penyakit hewan di industri peternakan nasional.
“Program PELVI ini bertujuan untuk menyediakan sumberdaya epidemiologi veteriner lapangan yang kompeten dan dapat bekerjasama dengan pemilik hewan guna menyelidiki, menganalisis, dan melaporkan jika ada temuan wabah penyakit hewan di lapangan” kata Fadjar Sumping selaku Direktur Kesehatan Hewan yang mewakili Direktur Jenderal PKH pada saat meresmikan peluncuruan program tersebut di Hotel Grand Zuri Tangerang Rabu tanggal (31/5)
“Program PELVI ini bertujuan untuk menyediakan sumberdaya epidemiologi veteriner lapangan yang kompeten dan dapat bekerjasama dengan pemilik hewan guna menyelidiki, menganalisis, dan melaporkan jika ada temuan wabah penyakit hewan di lapangan” kata Fadjar Sumping selaku Direktur Kesehatan Hewan yang mewakili Direktur Jenderal PKH pada saat meresmikan peluncuruan program tersebut di Hotel Grand Zuri Tangerang Rabu tanggal (31/5)
Untuk itu, optimalisasi program perlu didukung SDM memadai yang mampu menghadapi berbagai kendala yang ada. “Untuk itu, diperlukan kapasitas sumberdaya manusia yang kompeten di bidang epidemiologi lapangan dan kapasitas diagnostik laboratorium, sehingga tindakan yang pengendalian penyakit hewan bisa dilakukan dengan cepat dan tepat” kata Fadjar Sumping.
Dengan program PELVI ini Fadjar Sumping mengharapkan agar masyarakat dapat aktif bersinergi dalam mendukung program. “Untuk itu kita harapkan peternak dan masyarakat, apabila terjadi permasalahan dalam beternak, terutama ditemukannya indikasi penyakit, jangan segan-segan untuk mencari pertolongan kepada petugas lapangan atau dokter hewan yang terdekat atau dengan melaporkan setiap kejadian penyakit melalui Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (ISIKHNAS). Selain itu juga diharapkan peternak dapat memelihara ternak dengan tatacara dan biosekuriti yang baik, juga memperhatikan kualitas pakan dan ikut mengendalikan penyakit, sehingga ternaknya menjadi sehat dan produktif.” imbuh Fadjar Sumping.
Di kawasan Asia dan Pasifik, Program Pelatihan Epidemiologi Lapangan untuk Dokter Hewan telah didirikan di Department of Livestock Development (DLD) Thailand dengan dukungan dari FAO Regional Asia Pacific. Sejak 2009, Indonesia telah ikut serta dalam program pelatihan dimaksud, sehingga saat ini di Indonesia mempunyai 5 (lima) alumni yang telah mengikuti program pelatihan tersebut, serta 1 (satu) orang dokter hewan yang masih berada dalam program pelatihan.
Dalam pelaksanaannya Indonesia telah menyelenggarakan Program Pelatihan Epidemiologi Lapangan di bidang kesehatan (manusia) yang didirikan sejak tahun 1982. Program tersebut merupakan program pelatihan bergelar Master yang diselenggarakan di Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada, serta dikoordinasikan oleh Sekretariat Program Pelatihan Epidemiologi Lapangan Indonesia.
Sedangkan Program Pelatihan Epidemiologi Lapangan untuk Veteriner Indonesia (PELVI) diinisiasi sejak tahun 2009 didukung oleh FAO Indonesia dan baru diimplementasikan tahun 2017 saat ini. Sebagai implementasi tahap awal, Program PELVI akan bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Hewan di Universitas Gadjah Mada yang telah memiliki pengalaman dalam pengelolaan Pelatihan Epidemiologi Lapangan Indonesia untuk kesehatan manusia.
"Program PELVI ini disupport oleh FAO ECTAD Indonesia, setelah sebelumnya FAO Regional Asia dan Pasifik mensuport Program Epidiomologi Lapangan untuk wilayah regional Asia dan Pasifik diThailand. Program ini dimaksudkan untuk menguatkan kapasitas sumberdaya Veteriner di Indonesia dengan pembiayaan dari proyek Emerging Pandemic Threat (EPT 2)" kata Dr. Luuk Schoonman perwakilan FAO ECTAD Indonesia.
Luuk juga menyampaikan, dalam program Pelvi ini juga ada kolaborasi antara kesehatan hewan dan kesehatan manusia. Mengingat Indonesia negara besar dan punya potensi besar dalam mencapai swasembada pangan, sehingga harus fokus juga dalam pengendalian penyakit yang menjadi ancaman terhadap perkembangan industri peternakan.
Sementara Misi dari Program PELVI adalah: 1). Menciptakan tenaga kesehatan hewan dengan kemampuan epidemiologi lapangan melalui pendidikan berbasis praktek keterampilan (skill-based training); 2). Menyediakan tenaga kesehatan hewan yang mandiri dan mampu memberikan keputusan berdasarkan bukti lapangan untuk memberikan dampak positif pada perekonomian, komunitas, pertanian yang diperoleh dari peningkatan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman kerja dari dokter hewan pemerintah.
Sedangkan sasaran Program PELVI yaitu: 1). Memperluas pengetahuan dan penggunaan pendekatan multi disiplin dalam epidemiologi penyakit dan ekologi yang mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan; 2). Menjembatani kesenjangan dalam menstandarisasi metodologi untuk pengambilan data termasuk percobaan dan investigasi lapangan (kajian), termasuk bagaimana kajian tersebut dirancang dan dilaksanakan; dan; 3). Meningkatkan pengetahuan dan aplikasi analisis risiko dalam surveilans dan pengendalian penyakit hewan. (hms/ef)
Dengan program PELVI ini Fadjar Sumping mengharapkan agar masyarakat dapat aktif bersinergi dalam mendukung program. “Untuk itu kita harapkan peternak dan masyarakat, apabila terjadi permasalahan dalam beternak, terutama ditemukannya indikasi penyakit, jangan segan-segan untuk mencari pertolongan kepada petugas lapangan atau dokter hewan yang terdekat atau dengan melaporkan setiap kejadian penyakit melalui Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (ISIKHNAS). Selain itu juga diharapkan peternak dapat memelihara ternak dengan tatacara dan biosekuriti yang baik, juga memperhatikan kualitas pakan dan ikut mengendalikan penyakit, sehingga ternaknya menjadi sehat dan produktif.” imbuh Fadjar Sumping.
Di kawasan Asia dan Pasifik, Program Pelatihan Epidemiologi Lapangan untuk Dokter Hewan telah didirikan di Department of Livestock Development (DLD) Thailand dengan dukungan dari FAO Regional Asia Pacific. Sejak 2009, Indonesia telah ikut serta dalam program pelatihan dimaksud, sehingga saat ini di Indonesia mempunyai 5 (lima) alumni yang telah mengikuti program pelatihan tersebut, serta 1 (satu) orang dokter hewan yang masih berada dalam program pelatihan.
Dalam pelaksanaannya Indonesia telah menyelenggarakan Program Pelatihan Epidemiologi Lapangan di bidang kesehatan (manusia) yang didirikan sejak tahun 1982. Program tersebut merupakan program pelatihan bergelar Master yang diselenggarakan di Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada, serta dikoordinasikan oleh Sekretariat Program Pelatihan Epidemiologi Lapangan Indonesia.
Sedangkan Program Pelatihan Epidemiologi Lapangan untuk Veteriner Indonesia (PELVI) diinisiasi sejak tahun 2009 didukung oleh FAO Indonesia dan baru diimplementasikan tahun 2017 saat ini. Sebagai implementasi tahap awal, Program PELVI akan bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Hewan di Universitas Gadjah Mada yang telah memiliki pengalaman dalam pengelolaan Pelatihan Epidemiologi Lapangan Indonesia untuk kesehatan manusia.
"Program PELVI ini disupport oleh FAO ECTAD Indonesia, setelah sebelumnya FAO Regional Asia dan Pasifik mensuport Program Epidiomologi Lapangan untuk wilayah regional Asia dan Pasifik diThailand. Program ini dimaksudkan untuk menguatkan kapasitas sumberdaya Veteriner di Indonesia dengan pembiayaan dari proyek Emerging Pandemic Threat (EPT 2)" kata Dr. Luuk Schoonman perwakilan FAO ECTAD Indonesia.
Luuk juga menyampaikan, dalam program Pelvi ini juga ada kolaborasi antara kesehatan hewan dan kesehatan manusia. Mengingat Indonesia negara besar dan punya potensi besar dalam mencapai swasembada pangan, sehingga harus fokus juga dalam pengendalian penyakit yang menjadi ancaman terhadap perkembangan industri peternakan.
Sementara Misi dari Program PELVI adalah: 1). Menciptakan tenaga kesehatan hewan dengan kemampuan epidemiologi lapangan melalui pendidikan berbasis praktek keterampilan (skill-based training); 2). Menyediakan tenaga kesehatan hewan yang mandiri dan mampu memberikan keputusan berdasarkan bukti lapangan untuk memberikan dampak positif pada perekonomian, komunitas, pertanian yang diperoleh dari peningkatan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman kerja dari dokter hewan pemerintah.
Sedangkan sasaran Program PELVI yaitu: 1). Memperluas pengetahuan dan penggunaan pendekatan multi disiplin dalam epidemiologi penyakit dan ekologi yang mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan; 2). Menjembatani kesenjangan dalam menstandarisasi metodologi untuk pengambilan data termasuk percobaan dan investigasi lapangan (kajian), termasuk bagaimana kajian tersebut dirancang dan dilaksanakan; dan; 3). Meningkatkan pengetahuan dan aplikasi analisis risiko dalam surveilans dan pengendalian penyakit hewan. (hms/ef)