Dirjen PKH Kementan Dorong RPH Peternak Unggas Kabupaten Pati Berdaya Saing
https://www.jakartaforum.web.id/2017/06/dirjen-pkh-kementan-dorong-rph-peternak.html
Jakarta -Pati, Dirjen PKH Kementan Dorong RPH Peternak Unggas Kabupaten Pati Berdaya Saing. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita mendukung inisiasi Wakil Bupati Pati, Saiful Arifin untuk mengembangkan pusat agribisnis peternakan itik di Kabupaten Pati.
“Saya sangat mengapresiasi upaya-upaya yang dilakukan oleh Wakil Bupati Pati memberdayakan peternak unggas, seperti pembangunan RPHU (Rumah Potong Hewan Unggas). Sebab hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang saat ini terus mendorong tumbuhnya usaha pemotongan, penyimpanan dan pengolahan unggas, sehingga hasil usaha peternak tidak lagi dijual sebagai ayam atau itik segar melainkan dalam bentuk daging beku ataupun inovasi produk lainnya. Demikian tutur Dirjrn PKH saat melakukan kerja ke Kabupaten Pati baru baru ini.
“Saya sangat mengapresiasi upaya-upaya yang dilakukan oleh Wakil Bupati Pati memberdayakan peternak unggas, seperti pembangunan RPHU (Rumah Potong Hewan Unggas). Sebab hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang saat ini terus mendorong tumbuhnya usaha pemotongan, penyimpanan dan pengolahan unggas, sehingga hasil usaha peternak tidak lagi dijual sebagai ayam atau itik segar melainkan dalam bentuk daging beku ataupun inovasi produk lainnya. Demikian tutur Dirjrn PKH saat melakukan kerja ke Kabupaten Pati baru baru ini.
Dengan respon tersebut lanjut Dirjen, tentunya akan menghindarkan resiko kerugian bagi peternak. “Hal ini mengingat pasar untuk komoditi unggas di Indonesia didominasi fresh commodity, sehingga produk mudah rusak. Kecepatan distribusi dan keseimbangan supply-demand menjadi faktor penting penentu harga, sehingga intervensi perlu dilakukan dari hulu hingga hilir”, tambah Dirjen PKH menjelaskan.
Sementara untuk ekspor, Dirjen menyatakan bahwa “pemerintah akan terus mendorong pelaku usaha perunggasan untuk dapat berdaya saing dan meningkatkan ekspornya”.Tentunya hal ini bertujuan untuk meningkatkan GDP (Gross Domestic Product) Indonesia, juga menyelesaikan kendala perunggasan di Indonesia saat ini yaitu terkait harga yang sangat berfluktuasi.
“Ekspor adalah suatu keniscayaan karena dalam perkembangannya kedepan konsumsi daging akan beralih dari red meat ke white meat artinya unggas punya peluang untuk berkembang. “Untuk itu kita dorong para pelaku industri perunggasan terutama integrator untuk dapat menjual produk daging ayamnya ke luar negeri dengan kualitas internasional. Apabila hal ini terwujud maka akan berdampak positif kepada peternak unggas rakyat.
Masih menurut Dirjen, saat ini kita sudah mendapatkan persetujuan untuk ekspor ke Jepang, namun karena biaya produksi masih tinggi, sehingga kalah bersaing dengan produk unggas dari negara maju.
Lebih lanjut disampaikan agar dalam pengembangan industri peternakan perlu diperhatikan tentang efisiensi produksi, untuk itu diharapkan Kabupaten Pati jangan sampai ada ketergantungan pakan dari luar, sehingga harus memikirkan untuk mendirikan pabrik pakan. “Syarat yang perlu diperhatikan untuk pengembangan peternakan ada 4 (empat), yaitu: air, pakan, produksi dan penyakit, dan untuk penanggulangan penyakit, Indonesia sudah punya iSIKNAS yang digunakan untuk early respon, sehingga jika laporan terlambat maka respon juga akan terlambat” kata I Ketut Diarmita. (ef).
Sementara untuk ekspor, Dirjen menyatakan bahwa “pemerintah akan terus mendorong pelaku usaha perunggasan untuk dapat berdaya saing dan meningkatkan ekspornya”.Tentunya hal ini bertujuan untuk meningkatkan GDP (Gross Domestic Product) Indonesia, juga menyelesaikan kendala perunggasan di Indonesia saat ini yaitu terkait harga yang sangat berfluktuasi.
“Ekspor adalah suatu keniscayaan karena dalam perkembangannya kedepan konsumsi daging akan beralih dari red meat ke white meat artinya unggas punya peluang untuk berkembang. “Untuk itu kita dorong para pelaku industri perunggasan terutama integrator untuk dapat menjual produk daging ayamnya ke luar negeri dengan kualitas internasional. Apabila hal ini terwujud maka akan berdampak positif kepada peternak unggas rakyat.
Masih menurut Dirjen, saat ini kita sudah mendapatkan persetujuan untuk ekspor ke Jepang, namun karena biaya produksi masih tinggi, sehingga kalah bersaing dengan produk unggas dari negara maju.
Lebih lanjut disampaikan agar dalam pengembangan industri peternakan perlu diperhatikan tentang efisiensi produksi, untuk itu diharapkan Kabupaten Pati jangan sampai ada ketergantungan pakan dari luar, sehingga harus memikirkan untuk mendirikan pabrik pakan. “Syarat yang perlu diperhatikan untuk pengembangan peternakan ada 4 (empat), yaitu: air, pakan, produksi dan penyakit, dan untuk penanggulangan penyakit, Indonesia sudah punya iSIKNAS yang digunakan untuk early respon, sehingga jika laporan terlambat maka respon juga akan terlambat” kata I Ketut Diarmita. (ef).
